Classy Pedia
News Update
Loading...

Featured

[Featured][recentbylabel]

Featured

[Featured][recentbylabel]

Saturday, August 10, 2019

Pengertian Nilai Pendidikan, nilai religius, moral, sosial dan nilai budaya

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pengertian nilai pendidikan, sebelumnya saya pernah melakukan penelitian juga yang membahas tentang nilai pendidikan dalam sebuah buku biografi. Jadi sekedar ingin berbagi pengetahuan saja tentang yang sudah saya pelajari, pembahasan kali ini fokus nya di apa itu nilai pendidikan, macam-macam nilai pendidikan nilai religius, moral, sosial dan budaya. 
Nilai Pendidikan

Pengertian Nilai Pendidikan

Salah satu persoalan kehidupan yang sering menjadi pencermatan sastrawan adalah persoalan pendidikan. Pendidikan dijadikan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan adat istiadat kebudayaan. 
Istilah nilai dapat ditemukan dalam pembendaharaan dalam bahasa Inggris dengan kata value yang digunakan untuk menunjukan kata benda yang abstrak, yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) (Darmodiharjo, 2006:233). Jika dalam KBBI nilai adalah sebagai kadar, mutu atau sifat penting yang berguna bagi kemanusiaan. Selain itu beberapa definisi lain yang dinyatakan oleh beberapa pakar, diantaranya Soerjono Sukanto dalam (Maryati, 2007:34) mendefinisikan nilai adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Ada juga yang menjelaskan bahwa nilai adalah kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal mengenai baik-buruk, benar-salah, patut tidak patut, mulia-hina, penting atau tidak penting (Mulyadi, 2012:9).

Istilah Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (FIP-UPI, 2007:20). Selain itu beberapa definisi lain tentang pendidikan seperti: Kemendikbud (2010:14) menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Artinya usaha dari masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.

Pendidikan sebagai suatu proses enkulturasi, berfungsi juga untuk mewariskan nilai-nilai dan potensi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga berfungsi untuk mengembangkan nilai-nilai sebagai prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu Nilai Pendidikan dijadikan sebagai landasan untuk menciptakan manusia yang berkarakter.

Menurut Apeid Nier (dalam Haricahyono, 1995:403) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan melalui Pendidikan, yakni berupa:

1. Nilai Religius 

Merupakan nilai ke-Tuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak bersumber dan keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap Tuhannya. Sikap religius ini mencakup segala pengertian yang bersifat adikodrati. Nilai religius ini merupakan nilai-nilai pusat yang terdapat di masyarakat meliputi sikap: bersyukur, berdoa, ikhlas.

2. Nilai Moral

Merupakan ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, berkewajiban dan sebagainya. Moral dapat pula disebut dengan akhlak budi pekerti dan susila. Untuk mencapai keutamaan seorang anak harus memiliki sikap sebagai berikut: kerja keras, tanggung jawab, pantang menyerah, kritis, mandiri, berani, bersungguh-sungguh.

3. Nilai Sosial

Merupakan perilaku sosial dan tata cara hidup sosial seseorang, terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai Pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu. Adapun sikap yang termasuk nilai sosial meliputi: persaudaraan, kebersamaan, persahabatan, kepedulian.

4. Nilai Budaya 

Merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Adapun sikap yang termasuk nilai budaya meliputi: apresiasi budaya. 

Sumber buku:
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2006. Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Durkheim, Emile. 1990. Pendidikan Moral: Suatu Studi, Teori, dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
FIP-UPI, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan . 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan “Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu”. Bandung: Imperial Bakti Utama.
Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press. 
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Kemendikbud. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Demikianlah penjelasan singkat tentang Pengertian Nilai Pendidikan, nilai religius, moral, sosial dan nilai budaya. Semoga bermanfaat.

Wednesday, August 7, 2019

Pengertian bahasa jurnalistik

Pengertian bahasa jurnalistik

Arti dan definisi bahasa jurnalistik

Apa itu jurnalistik tentunya kita sering menonton tayangan televisi ataupun radio dan kita disuguhi berbagai informasi dengan bahasa yang membuat kita kadang ikut terhanyut seperti mengalami sendiri peristiwa secara langsung yang diampaikan oleh pembawa berita nya. Bahasa jurnalistik sendiri mempunyai aturan atau kaidah dalam penggunaanya itulah mengapa kita sering ikut bisa menggambarkan peristiwa yang disampaikan sang jurnalist. oke berikut pembahasan tentang:

Pengertian Bahasa Jurnalistik

Secara etimologi, jurnalistik berasal dari kata journ dalam bahasa prancis, Journ sendiri memiliki arti catatan atau laporan harian. Jadi secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah atau media massa lainnya.

Definisi Bahasa Juralistik

Dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1977:44).
 F.Fraser Bond dalam An Introduction to Journalism (1961:1)  menulis: jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3) menyebutkan, jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umuum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto, 1993:69-70).
Adinegoro menegaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30).
Astrid S. Susanto menyebutkan, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (Susanto, 1986:73). 
Onong Uchjana Efendy, mengemukakan, secara sederhana junalistik dapat didefisinikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat (Effendy, 2003:95). 
Djen Amar menekankan, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Amar, 1984:30). 
Erik Hodgins, redaktur majalah Time, menyatakan, jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, saksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan (Suhandang, 2004:23), Curtis D. Mac Dougall dalam Interpretative Report-ing menyebutkan, jurnalistik adalah kegiatan mencari fakta, menghimpun berita, dan melaporkan peristiwa (Kusumaningrat, 2005:15). Jadi berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan definisi jurnalistik sebagai berikut: secara teknis jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat cepatnya.

Oke demikianlah penjelasan singkat tentang Pengertian bahasa jurnalistik dikutip dari berbagai sumber buku. semoga bermanfaat.

Tuesday, August 6, 2019

Contoh kritik sastra - Kritik terhadap puisi “Surat Cinta” Karya: Gunawan Muhammad

Hai sobat Classy Pedia, ulasan kali ini saya akan memberikan contoh kritik sastra ini merupakan contoh tugas kuliah saya dulu, sebelum nya pasti sudah tau kan apa itu kritik sastra bagi yang belum tau bisa membaca postingan saya sebelumnya yang membahas tentang kritik sastra. oke langsung saja berikut:

Contoh kritik sastra

Kritik terhadap puisi “Surat Cinta” Karya: Gunawan Muhammad.

Surat Cinta
Bukankah surat cinta ini ditulis
Ditulis kearah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh rimis
Menyentuh arah siapa saja.
Bukankan surat cinta ini berkisah
Berkisah melintas lembah bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
Dilepas embun dan cahaya.

contoh kritik sastra
Sekilas jika kita lihat dari persajakan, puisi ‘Surat Cinta’ ini merupakan puisi lama. Hal ini karena persajakan yang digunakan dalam puisi ini adalah ab-ab. Akan tetapi, jika di dalam puisi lama (pantun) dua larik/baris pertama disebut sampiran dan dua baris akhir disebut isi, kemudian makna kata sampirannya tidak harus sama dengan isinya. Sedangkan puisi ‘Surat Cinta’ ini tidak ada sampiran karena setiap lariknya merupakan isi. Antara larik yang pertama, kedua dan seterusnya, maknanya berhubungan. Seperti baris kedua ‘Berkisah melintas lembah bumi yang fana’ dan baris ketiga ‘Seperti misalnya gurun yang lelah’. Larik pada baris ketiga ini berhungan dengan larik pada baris kedua.  Jadi dapat kita simpulkan puisi ‘Surat Cinta’ ini merupakan puisi baru.selain itu, pada puisi lama pengarangnya tidak diketahui. Sedangkan puisi di atas nama pengarangnya sangat jelas.
Puisi ini juga termasuk puisi yang mementingkan estetika tutur karena mudah untuk di baca. Selain itu, sajaknya yang ab-ab membuat puisi ‘Surat Cinta’ ini enak dibaca.
Puisi ‘Surat Cinta’ ini menggunakan majas personifikasi. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia. Seperti pada larik ’Berkisah melintas lembah bumi yang fana’. Pada larik ini, menceritakan surat cinta seakan-akan menjadi seorang petualang yang melintasi lembah bumi. Kemudian larik ‘Seperti misalnya gurun yang lelah’. Gurun disini seakan-akan mempunyai perasaan lelah seperti manusia atau makhluk hidup.
Tujuan pengarang dalam menulis puisi ini, sangat sulit untuk dipahami. Kalau kita melihat dari judulnya “Surat Cinta”, puisi ini termasuk jenis puisi romansa, yaitu puisi yang mengisahkan masalah percintaan. Akan tetapi apabila kita pahami isi setiap lariknya, puisi ini termasuk jenis Satire, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Hal ini karena dalam puisi ini. Pengarang menggunakan kata ’Bukankah’ yang merupakan pertanyaan pengarang tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi di negara kita. Ada kemungkinan tujuan pengarang dalam membuat puisi ini yaitu menginginkan sebuah ketenangan, kedamaian, dan hidup penuh kasih sayang. Sepeti pada larik’Bukankah surat cinta ini ditulis’, ‘ Ditulis kearah siapa saja’. Pada larik ini, sangat jelas pengarang mengharapkan semua orang agar dapat menciptakan kedamaian.

Demikianlah ulasan singkat mengenai Contoh kritik sastra - Kritik terhadap puisi “Surat Cinta” Karya: Gunawan Muhammad. semoga bermanfaat..




Jenis-jenis paragraf jurnalistik

Jenis-jenis paragraf jurnalistik

Jenis-jenis paragraf jurnalistik

Paragraf menurut jenisnya, dikelompokkan kedalam: (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran, (4) paragraf perbandingan, (5) paragraf pertanyaan, (6) paragraf sebab-akibat, (7) paragraf contoh, (8) paragraf perulangan, dan (9) paragraf pengertian (tarigan, 1981:30-34).
1. Paragraf deduktif
Paragraf yang dibuka dengan kalimat utama disusul dengan penjeleasan atau uraian secara lebih perinci dengan mengekor pola urutan pesan dari umum ke khusus, dinamakan paragraf deduktif.
2. Paragraf induktif
Paragraf yang dibuka dengan kalimat penjelas yang menekankan bagian-bagian atau unsur-unsur terkecil disusul dengan keterangan bagian-bagian yang lebih banyak kemudian diselesaikan dengan benang merah atau kalimat penegas, dinamakan paragraf induktif. Dalam paragraf induktif urutan pesan dibuka dari eksklusif ke umum.
3. Paragraf campuran
Paragraf gabungan sesungguhnya adalahgabungan sejumlah unsur paragraf deduktif dan paragraf induktif. Bahasa jurnalistik, tidak cukup menyukai paragraf gabungan karena ingin menyulitkan pembaca, pendengar, atau penonton untuk cepat mengambil benang merah mengenai pokok benak yang ada dalam sebuah paragraf.
4. Paragraf perbandingan
Suatu paragraf dinamakan sebagai paragraf perbandingan bilamana kalimat utama yang seringkali ditempatkan pada mula paragraf, mencocokkan dua hal tentang unsur-unsur sifat atau suasana yang tedapat didalamnya.
5. Paragraf pertanyaan
Yang dinamakan paragraf pertanyaan ialah paragraf yang bertujuan guna mempertanyakan atau menggugat sesuatu dengan mengemukakan kalimat kesatu atau kalimat kedua diawal paragraf jurnalistik.
6. Paragraf sebab-akibat
Paragraf yang dibentuk menurut urutan logis dinamakan paragraf sebab-akibat. Artinya, kalimat utama dalam paragraf dikembangkan kedalam urutan karena dan akibat.
7. Paragraf contoh
Paragraf yang dibentuk dengan menunjukkan tidak sedikit contoh pada kalimat utama, kalimat pengembang, dan kalimat penjelas, dinamakan paragraf contoh.
8. Paragraf perulangan
Paragraf yang mengerjakan perulangan kata, istilah, frasa, atau klausa, dalam rangkaian kalimat yang bertolak belakang tetapi masih dalam satu paragraf jurnalistik yang sama, dinamakan paragraf perulangan.
9. Paragraf definisi
Paragraf yang mengindikasikan suatu istilah atau konsep pada kalimat utama dan istilah atau konsep tersebut masih membutuhkan uraian serata keterangan perinci pada kalimat-kalimat berikutnya, dinamakan paragraf definisi.

KUALITAS PARAGRAF JURNALISTIK

Manurut seorang pakar bahasa, kriteria kualitas paragraf menunjuk untuk enam hal, yakni (1) isi paragraf berpusat melulu pada satu urusan saja, (2) isi paragraf relevan dengan isi karangan, (3) paragraf mesti menyatu dan padu, (4) kalimat topik mesti dikembangkan dengan jelas dan sempurna, (5) struktur paragraf mesti bervariasi, dan (6) paragraf tertulis dalam bahasa indonesia yang benar dan baik (tarigan, 1981:36). Dalam kitab ini, cocok dengan perspektif bahasa jurnalistik, saya tambahkan tiga lagi sampai-sampai jumlahnya menjadi sembilan, yakni (7) singkat dan padat, (8) logis dan sistematis, dan (9) mempunyai karakter yang khas.
1. Satu hal saja
Paragraf jurnalistik yang baik melulu memusatkan kupasan pada satu urusan atau satu gagasan saja. Seorang pengarang atau jurnalis, ibarat sedang memotret, mesti dapat memungut objek bidikannya secara fokus. Dengan pemotretan terfokus dan sudut pemungutan yang tepat, maka gambar yang didapatkan akan tampak tajam, tegas, jelas, dan berkarakter.
2. Relevan
Relevan dengan kata lain berkaitan atau cocok dengan pokok bahasan. Tidak meyimpang dari topik. Paragraf yang baik mesti menggambarkan keseluruhan isi penyampaian karya jurnalistik yang dibentuk dan disajikan oleh pengarang atau jurnalis (Sumadiria, 2004:31).
3. Menyatu dan padu
Paragraf jurnalistik mesti mengisi prinsip kesatuan (unity) dan prinsip pertautan (coherence). Prinsip kesatuan merangkum tiga unsur. Sifat, isi, tujuan. Artinya, masalah apapun yang anda kupas dalam karya jurnalistik tidak boleh terbit dari koridor ini.
4. Jelas dan sempurna
Kalimat utama yang ada dalam paragraf jurnalistik mesti dikembangkan dan diperinci dengan jelas dan sempurna. Tidak boleh terjadi, kalimat-kalimat yang terdapat dalam satu paragraf mengindikasikan adanya pertentangan dengan kalimat utama atau bahkan menegasikannya.
5. Harus bervariasi
Paragraf jurnalistik mesti bervariasi. Ini kriteria mutlak. Tak dapat ditawar-tawar lagi. Variasi pada jurnalistik terletak pada opsi kata atau diksi, penempatan frasa atau klausa.
6. Benar dan baik
Bahasa jurnalistik merujuk sekaligus tunduk untuk kaidah bahasa baku. Pertama, bahasa jurnalistik mesti benar menurut keterangan dari kaidah tata bahasa. Kedua, bahasa jurnalistik pun harus baik menurut keterangan dari pertimbangan situais dan situasi sosiologis, psikologis, dan etis.
7. Singkat padat
Singkat berarti melulu menggunakan ucapan-ucapan yang penting, terukur, fungsional. Singkat dengan demikian dapat diartikan tidak boros kata-kata, seperlunya saja. Sedangkan padat, berarti penuh informasi.
8. Logis dan sistematis
Seluruh uraian yang ada dalam paragraf jurnalistik mesti logis. Logis berarti cocok dengan atau bisa diterima menurut keterangan dari pertimbangan akal sehat (common sense). Logis kata-katanya,logis frasa dan kalausanya, logis kalimat-kalimatnya. Kelogisan tersebut juga tersaji secar sistematis. Sistematis berarti barisan kata dan kalimat yang ada dalam masing-masing paargraf jurnalistik, teratur dengan baik, runtut, laksana aliran air sungai dari hulu ke hilir.
9. Memiliki karakter khas
Karakter itu melulu mungkin hadir dalam paragraf-paragraf jurnalistik bilamana kita sebagai pengarang atau jurnalis, sejak mula mempunyai dan mengembangkan karakter atau gaya penulisan yang khas.

Monday, August 5, 2019

Diksi dalam bahasa jurnalistik

Diksi dalam bahasa jurnalistik

Diksi adalah pilihan kata. Seorang penulis atau seorang jurnalis harus pandai memilih kata untuk memberi tekanan makna pada pesan yang ingin disampaikannya. Kepiawaian memilih kata bukan karena penguasaan kosa kata atau perbendaharaan kata yang sangat banyak dan variatif, melainkan juga karena ia memang terbiasa menulis. Sebagai proses kreatif, keterampilan menulis hanya mungkin dicapai melalui proses berlatih yang terus-menerus, tidak sekali jadi. 

Menurut pakar bahasa dari Universitas Indonesia, Gorys Keraf, pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud tertentu, belum tentu dapat diterima oleh oleh hadirin atau oleh orang yang diajak bicara. Masyarakat yang diikat berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok atau serasi dengan norma-noma masyarakat, harus sesuai dengan situasi yang dihadapi (Keraf, 2004:24). 

Jadi, pilihan kata atau diksi harus pula senantiasa memper- imbangkan dimensi psikologis dan dimensi sosiologis suatu masyarakat. Diksi tidak bisa digunakan hanya dengan merujuk kepada faktor-faktor teknis tata bahasa. Gorys Keraf menyimpulkan, terdapat tiga hal yang berkaltan dengan diksi: 

Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. 

Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. 

Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiltki oleh sebuah bahasa (Keraf, 2004:24).

Dalam bahasa jurnalistik, diksi kerap bersinggungan dengan, antara lain, masalah pemakaian: kata-kata bersinonim, kata-kata bernilai rasa, kata-kata konkret, kata-kata abstrak, kata-kata umum, kata-kata khusus dan kata lugas. Sebagian jurnalis kita seperti tidak menyadari kalau bahasa Junalistik yang mereka pakai dalam penulisan, penylaran, dan penayangan berita atau laporan, sudah keluar dari korldor yang telah ditentukan.

Diksi dalam bahasa jurnalistik


Berikut 7 pemakaian diksi dalam bahasa jurnalistik:

Kata Bersinonim
kata yang memiliki sejenis, sepadan, sejajar, serumpun, dan memiliki arti yang sama. Meskipun ada beberapa kata yang dapat saling menggantikan, dan ada yang tidak. Ada pula kata-kata bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan. Karena itu, kita harus memilihnya secara cermat (Soedjito, 1988:33). Contoh: melihat, menatap, menonton menyaksikan, mengawasi. Contoh lain: memukul, menampar, menempeleng. Seorang penulis atau jurnalis harus cermat serta akurat dalam memilih kata bersinonim. Diksi tidak hanya semata-mata persoalan teknis memilih kata. Lebih dari itu, diksi menghendaki setiap kata dalam bahasa jurnalistik menjadi hidup, segar, khas, dan menunjukkan pesan sesungguhnya. Contoh, kita bisa menerima kalimat: penjual es itu tewas tertabrak mobil. Tapi tidak dengan kalimat berikut: kucing Lia meninggal kemarin karena sakit. Dapat disimpulkan, kata bersinonim tidak bisa sesuka hati dipertukarkan atau diganti begitu saja.

Kata Bernilai Rasa
Tidak hanya gula yang memiliki rasa manis atau garam yang rasanya asin. Bahasa pun perlu memiliki rasa. Termasuk bahasa jurnalistik, harus memiliki cita rasa. Kata-kata bernilai rasa tinggi, akan memiliki dampak yang lebih kuat di benak khalayak dibandingkan dengan kata-kata bernilai rasa rendah. Secara psikologis misalnya, kata bernilai rasa tinggi menunjukan penghormatan kepada subjek yang sedang dibicarakan. Contoh, mana kata yang lebih tepat: lonte, pelacur, atau pekerja seks? Dua kata yang disebutkan pertama termasuk kata bernilai rasa rendah, itu tentunya membuat si subjek merasa terhina dan tidak menunjukan rasa empati dan tidak manusiawi. Sementara contoh ketiga menurut penelitan, pekerja seks komersial merupakan bukan pilihan subjek atau menjadi cita-cita mereka, melainkan karena tuntutan ekonomi dan sebagai akibat korban kekerasan seksual.

Kata Konkret
Kata konkret ialah kata yang menunjukan kepada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret merupakan kata yang dapat dipahami dibandingkan dengan kata-kata abstrak. Kata konkret lebih efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi sebab dapat merangsang pancaindera (Soedjito, 1988:5). Contoh: para korban gunung Sinabung terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat karena letusan Sinabung menyebabkan rumah-rumah mereka dipenuhi abu vulkanik. Selain itu, para korban juga membutuhkan pakaian, popok bayi, obat-obatan, air, dan juga makanan. Maka dari itu, pemerintah akan mengirim bantuan hari ini.

Kata Abstrak
Kata-kata abstrak merupakan suatu kata-kata yang menunjukan sifat, konsep, atau gagasan.  Kata-kata ini sering dipakai untuk mengungkapan suatu ide atau gagasan yang rumit. Kata-kata abstrak sulit untuk dipahami maksud dan maknanya. Jadi, penggunaan kata abstrak tidak disarankan untuk jurnalistik karena akan menyulitkan bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Contoh: pemerintah menyarankan warga untuk menyingsingkan lengan baju dan semangat 45 dalam membersihkan gorong-gorong.

Kata Umum
Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan (Soedjito, 1988:5). Kata-kata umum sesungguhnya bertentangan dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik. Akurasi berarti ketelitian dan ketepatan secara spesifik. Kata-kata umum bisa mengaburkan pesan dan menyesatkan pemahaman. Contoh: para pengungsi korban banjir memperoleh pakaian, makanan, dan buah-buahan segar dari rombongan isteri gubernur yang sengaja mengunjungi mereka di barak-barak darurat kemarin pagi.

Kata Khusus
Kata-kata khusus ialah yang memiliki ruang lingkup yang sempit. Makin khusus, makin jelas maksud dan maknanya. Kata-kata khusus lebih menegaskan pesan, memusatkan perhatian dan pengertian, serta sangat selaras dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik. Kata-kata khusus ini lebih banyak digunakan untuk penulisan, peliputan dan pelaporan berita. Contoh: para korban banjir yang terdiri dari 60 pria lanjut usia, 79 wanita, 50 remaja putra-putri, dan 45 balita, masing-masing telah memperoleh sekaleng biskuit, selimt, lima bungkus mie instan, satu susu berukuran 750gr, dua buah apel merah, dan tiga botol air mineral saat gubernur datang berkunjung Minggu lalu.

Kata Lugas
Kata-kata yang lugas berarti kata-kata yang bersifat tembak langsung (to do point) tegas, lurus, apa adanya, dan kata-kata yang bersahaja. Kata yang lugas adalah kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan frasa yang panjang, tidak mendayu-dayu.

Demikianlah postingan singkat mengenai diksi dalam bahasa jurnalistik. Semoga bermanfaat.
Contoh pantun jenaka

Contoh pantun jenaka

Pantun termasuk jenis puisi lama yang terdiri dari empat baris dengan sajak a-b-a-b serta memiliki lampiran dan isi. 
Pengertian pantun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.

Pantun sendiri mempunyai beberapa jenis diantranya yaitu termasuk pantun jenaka, untuk penjelasan lebih detail tentang pantun, ciri-ciri serta jenis pantun nanti akan saya bahas pada postingan berikutnya. Baik sobat pengunjung blog classy pedia sekarang kita lihat beberapa contoh pantun jenaka berikut:

Contoh Pantun Jenaka

Ada tuyul ketemuan
Ada juga kuntilanak
Kalau kamu takut begituan
Udah aja jadi anak

Kucing bermain dengan tali
Kera duduk membaca koran
Bagaimana hati tak geli
Kepala botak suka sisiran

Jalan-jalan bersama kakak
Ditengah jalan lihat kepompong
Aku tertawa terbahak-bahak
Melihat kucing makan kedongdong

Kalau ketam pergi ke rawa
Lintah turun ke dalam kali
Kalau monyet sedang tertawa
Mukanya lucu sekali

Burung perkutut
Burung kutilang
Kamu kentut
Nggak bilang bilang

Bunga mawar tangkai berduri
Laris manis pedang cendol
Aku tersenyum malu sekali
Ingat dulu suka mengompol

Malam hari banyak nyamuk
Nyamuk takut burung perkutut
 Badan kamu memang gemuk
Tapi sayang suka kentut

Oke itu saja postingan kali ini mengenai contoh pantun jenaka. semoga bermanfaat ya sobat..

Sunday, August 4, 2019

Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Menurut Gage (dalam Dahar 1989), belajar adalah suatu proses di mana seseorang berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Hasil pengalaman itu bisa di dapat pada saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.  Untuk menghasilkan belajar yang lebih baik dan bermakna, proses belajar seharusnya suatu proses yang aktif dari dan dalam diri siswa.

Seperti yang dijelaskan Roestiyah NK(1991, 1) bahwa di dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi yang bervariasi, agar belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik penyajian atau biasanya disebut dengan metode mengajar.

Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Strategi mengajar adalah suatu teknik yang digunakan guru untuk mengajar atau menyajikan materi kepada siswa di dalam mau pun di luar kelas agar pelajaran tersebut dapat di cerna oleh siswa dengan mudah, dipahami (Roestiyah). Di dalam kenyataan metode mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakannya untuk memecahkan  suatu masalah yang dihadapi atau pun menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan dengan tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam mengahadapi segala persoalan.

Beberapa Strategi Yang Baik Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Perencanaan atau disebut desain yang disusun di depan kelas. Ada tiga tahapan kegiatan teknik di depan kelas. Pertama, kegiatan penyajian dan penjelasan bahan pembelajaran. Kedua, kegiatan latihan yang dilaksanakan oleh siswa dalam rangka memahami bahan pembelajaran. Ketiga, kegiatan umpan balik untuk menentukan arah kegiatan belajar berikutnya sekaligus merupakan pengulangan atau lanjutan kegiatan belajar berikutnya.
Setelah memahami metode pembelajaran bahasa guru juga harus mengetahui teknik-teknik atau strategi pengajaran yang lazim digunakan. Teknik bersifat prosedural. Teknik yang baik dijabarkan metode dan serasi dengan pendekatan. Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia:

1.Teknik Ceramah, Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
2.Teknik Tanya Jawab, Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
3.Teknik Diskusi Kelompok, Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4.Teknik Pemberian Tugas, Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5.Teknik Bermain Peran, Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6.Teknik Karya Wisata, Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
7.Teknik Sinektik, Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan seni.
Kelebihan teknik ini antara lain:

  • Strategi ini bermanfaaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tenang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu
  • Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
  • Strategi ini dapat mengmbangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
  • Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
  • Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.

jurnalistik

[jurnalistik][recentbylabel2]

puisi

[puisi][recentbylabel2]
Notification
Belum ada notifikasi untuk saat ini
Done